Dreaming of a Freaking Fairytale adalah drakor terbaru yang akan aku bahas kali ini.
Whatsup pasarIN squad? Udah pada moveon dari Lovely Runner belom? Dreaming of a Freaking Fairytale adalah salah satu drakor di daftar drama Korea Bulan Mei 2024 yang kemarin sempat aku bahas.
Sekarang aku akan bahas selengkapnya dan ngasih pendapatku dari sudut pandang seorang digital marketer. Apakah drakor ini recommended atau tidak?
01. Sinopsis Dreaming of a Freaking Fairytale
Jadi ceritanya ada seorang wanita malang yang hidup di abad ke 21 yang hidupnya berubah bak Cinderella di dongeng klasik. Jadi konsepnya kayak Cinderella dari semesta yang berbeda.
Ada disclaimer di awal episode 1: Drakor ini bukan untuk anak-anak polos, tapi untuk orang dewasa yang penuh dengan mimpi!

Okay untuk latarbelakang cerita, Shin Jae-rim (Pyo Ye-jin) kehilangan ayahnya dan harus hidup dengan ibu tiri dan dua saudari tirinya.

Di hari pemakaman ayahnya, ada flashback ke 20 tahun sebelumnya di mana ayahnya bertemu dengan ibu tirinya. Dari sini aku sudah bisa tebak vibes dari drama Korea ini. Jatuhnya sih lebih ke fantasi komedi.
Tapi jangan dulu menyimpulkan apapun. Kita lanjut dengan jalan ceritanya yah.
Kembali lagi ke masa sekarang di mana Jae-rim menemukan surat wasiat peninggalan appa-nya. Bukan surat sembarang surat.

Ayahnya meminta Jae-rim untuk hidup bahagia. Jangan bekerja terlalu keras. Kerja biasa saja dan menikah dengan laki-laki kaya. Karena kerja keras saja tidak menjamin kesuksesan! Kocak!
Okay, perkenalan dengan Cinderella sudah cukup. Sekarang kita ke Prince Charming.

Moon Cha-min (Lee Jun-young) adalah pangeran yang hidup di Cheongdam-dong. Prince Charming ini katanya naif dan polos.
Jadi Cheongdam Heaven mengalami penurunan profit sebanyak 200%. Dan untuk meningkatkan profit perusahaan agar tidak bangkrut, dia menaikan gaji karyawannya sebanyak 10%. Agak laen emang yah.
02. Review Jujurku untuk Dreaming of a Freaking Fairytale
Dari segi pengemasan cerita menurutku sangat santai. Ceritanya ringan dan mudah dimengerti.
Hanya saja, kalau harus jujur banget nih, unsur humor di dalam drama Korea on-going ini terkesan overdone dan dipaksakan. Sound effect untuk menambah kesan lucu terlalu banyak sepanjang episodenya. Hal ini membuat isi dari drakor ini menjadi garing dan terkesan dipaksakan untuk lucu.
Sebagai penikmat drakor dan film Korea veteran, menambah humor sebagai bumbu sebenarnya adalah strategi yang bagus. Tapi eksekusinya harus bagus juga.
Aku ambil contoh Queen of Tears, drakor favorit sejuta umat. Cerita utamanya adalah tentang lika-liku pernikahan. Ada konflik, ada canda tawanya juga di situ. Humor diselipkan di antara dialog dan adegan dalam tiap episode secara wajar. Hal ini yang bikin Queen of Tears memenangkan hati dan perhatian penonton.
Menurutku sebagai pemerhati dan penikmat drakor, humor itu ibarat micin (MSG): ditaruh sedikit di makanan, makanannya sedap dan nikmat. Tapi kalau ditaruh berlebihan, makanan jadi bikin eneg dan menimbulkan efek penyakit jangka panjang!
Jadi untuk drakor on-going ini, aku kasih 2/5 dulu yah dari segi pengemasan ceritanya.
Belum terlambat yah untuk PD-nim untuk mengemas Dreaming of a Freaking Fairytale dengan lebih seimbang. Fingers crossed.
03. Penerimaan di Korea Selatan
Berbeda pendapat dengan penulis, drakor ini dapet rating yang lumayan bagus ternyata. Di dramabeans.com, Dreaming of a Freaking Fairytale meraih rating 8.2/10.

Namanya juga pendapat yah. Aku sarankan pasarIN squad nonton sendiri aja biar bisa nilai langsung. Ingat: rating tidak selalu berkorelasi dengan kualitas tontonan.
Kita semua biased dengan pendapat masing-masing. Jadi buat yang belom nonton drakor ini, langsung aja yah biar bisa nilai sendiri.
Tinggalkan Balasan